Jumat, Februari 26, 2010

Menembus Batas....

Silakan mengambil selembar kertas kosong beserta alat tulisnya. Saya minta sobat muda mengikuti instruksi yang saya berikan kemudian lakukan tahap demi tahap.

Oke sambil membaca, sekarang coba sobat muda menggambar kepala beserta mata, telinga, mulut dan hidungnya. Silakan letakan dulu buku ini dan gambarlah dengan jelas dan sebagus-bagusnya.
Baik jika sudah menggambar kepala, sekarang gambar pula badan beserta kaki dan tangannya. Gambar yang bagus agar bisa dibedakan mana kaki dan tangannya. husssssss.....stop dulu bacanya....skrg gambar!!!

Jika sudah selesai gambar pula ekor dan tanduknya.
Pertanyaannya adalah berapa orang diantara sobat muda yang menggambar selain daripada manusia sejak awal??? Hasilnya pasti sobat muda menggambar evil atau setan.

Mengapa hal ini terjadi, tentu karena kita telah lama ditanamkan kalau menggambar kepala kemudian tubuh dan lainnya, pasti yang pertama kali muncul di benak kita adalah gambar manusia. Ya sudah karena terlanjur gambar manusia maka jadilah gambar setan ketika di kasih tanduk dan ekor. Sama halnya jika kita disuruh melukis pemandangan, pasti yang digambar adalah dua gunung dengan matahari ditengah kemudian jalan raya dan sawah ditepinya. Mengapa begitu??? Karena kita sudah terpola demikian sejak awal. Bukankah ini disebut dengan pembatasan potensi dan kreatifitas!!!

Hal tersebut diatas hanya sedikit contoh dari segudang kasus yang kita hadapi selama hidup. Telinga kita lebih sering mendengar hal-hal negatif yang bisa menimbulkan pesimistis daripada hal-hal positif. Lihat saja televisi anda, berapa kali kita bisa mendengar gosip dalam sehari atau kata-kata kasar dalam sinetron dan film. Boro-boro bisa mencerdaskan.

Sebuah penelitian di Universitas Meisure menerangkan hasil riset tentang sepertiga dari kekayaan hidup yang diperoleh manusia didapat dari kalimat-kalimat yang pernah didengarnya ketika berusia tiga tahun. Jack Canfield, pakar masalah kepercayaan diri melakukan penelitian pada tahun 1982 kepada seratus orang anak dimana ia menemukan bahwa anak-anak menerima komentar negatif 6 kali lebih banyak dibandingkan komentar positif yaitu 460 komentar negatif per hari dan 75 komentar positif per harinya. Oleh karena itu hendaknya kita benar-benar menjaga telinga kita dari hal-hal yang tidak bermanfaat.

Kemudian kedua mata kitapun banyak sekali mendapatkan masukan-masukan negatif. Lagi-lagi televisi mempunyai pengaruh cukup besar dalam mempengaruhi moral, pemikiran dan budaya kita. Tentu saja didikan orang tua serta pengaruh lingkungan ikut pula berperan penting dalam membentuk kepribadian kita. Jika didikannya baik maka baik pula kepribadian yang terbentuk. Rose Campbell (psikolog) mengatakan bahwa 80% pembentukkan moralitas seseorang berakhir sebelum usia lima tahun, sedang 90% kepribadiannya terbentuk pada usia tujuh tahun. Maka pola didik yang baik harus memiliki filtrasi yang ketat terhadap segala macam input negatif baik penglihatan maupun pendengaran.

Celakanya, banyak orang tua yang tidak begitu concern terhadap persoalan ini. Anak-anak dibiarkan saja menerima input-input negatif melalui media audio dan visual. Sebagai contoh tayangan Smack Down yang baru-baru ini memakan korban beberapa anak terbunuh bukan karena dibunuh, tetapi karena bercanda!! Adegan kekerasan yang ditayangkan membuat pengaruh buruk yang cukup kuat bagi perkembangan anak-anak. Belum lagi acara televisi lainnya yang menampilkan kekerasan, pemerkosaan, pergaulan bebas dan sebagainya. Di Amerika jumlah tindak kekerasan anak-anak dan remaja di bawah usia 18 tahun karena pengaruh televisi pada tahun 1996 mencapai 200.000 kasus. Di negara tersebut, diperkirakan ketika seorang remaja putri menamatkan sekolah menengah, ia telah menonton televisi selama lebih dari 20.000 jam, menyaksikan 15.000 adegan pembunuhan, dan menonton 100.000 iklan yang berhubungan dengan alkohol.

Tontonan ini mengandung pesan bahwa minum alkohol terasa menyenangkan, merokok akan menimbulkan kesan mewah, dan obat-obatan terlarang membuat orang merasa “modern.” Tidak mengherankan apabila tontonan ini menyebabkan tingginya angka kriminalitas. Tontonan-tontonan negatif dari televisi tersebut kemudian terekam dalam otak kita sehingga berpotensi merusak mental, budaya serta potensi yang semakin kerdil dan terkungkung.

Jika kondisi semacam ini tetap dibiarkan, maka wajarlah jika tercipta pemuda yang kurang berkualitas, moralitas rendah, mudah menyerah, tidak sabar, pemarah, gampang putus asa, tidak percaya diri, tidak berani berimpian besar, pesimis bahkan lebih banyak pembodohan yang membuat kita benar-benar bodoh. Seorang psikoterapi dunia yang bernama Alfred Adler mengatakan bahwa pria dan wanita memiliki kecenderungan pribadi untuk merasa rendah diri dan kurang mampu akibatnya seringkali kita berpikir tidak mampu melakukan hal hebat yang pernah dilakukan oleh orang lain dan parahnya, kita bahkan takut untuk mencoba.

Padahal otak kita sebagai asset terbesar diciptakan dengan kemampuan luar biasa yang hingga saat ini masih banyak misteri dan fenomena yang belum terungkap tentangnya. Oleh karena itu, jangan pernah sekalipun sobat muda menyepelekan kemampuan otak kita. Mengutip dari buku Fight Like a Tiger Win Like a Champion karya Darmadi Darmawangsa dan Imam Munadhi (2006) sebuah penelitian pernah dilakukan di Han Moravec, sebuah Robotic Institute dari Carnegie Mellon University, mengatakan bahwa supercomputer yang tercanggih pada tahun 1997 hanya mempunyai kemampuan 1/100 dari kemampuan otak manusia. Dan baru pada tahun 2020 diprediksikan manusia mampu membuat supercomputer yang mampu menandingi otak manusia.

Otak kita sebagai modal dan karunia yang luar biasa, mampu menyimpan sekitar 800 informasi per detik selama rata-rata 75 tahun hidup manusia tanpa pernah merasa lelah. Oleh karena itu, jika sebuah komputer dirancang untuk menyamai potensi kekuatan otak manusia, dibutuhkan komputer seukuran sebuah gedung bertingkat setinggi 400 meter atau pernah juga disamakan dengan komputer seukuran lapangan bola dan membutuhkan lebih dari 1.000.000.000 watt daya listrik untuk menjalankannya. Woooooowww, masih meremehkan otak kita sendiri??? maka mulai saat ini berhentilah untuk mengutuk, mencemooh apalagi menganggap bodoh otak kita sendiri.

Dalam memanfaatkan potensi otak kitapun, kita harus berhati-hati. Otak manusia yang ukurannya hanya sebesar setengah jeruk Bali dan dengan berat sekitar 1,5 kilogram dapat mengalahkan CRAY supercomputer yang berbobot 7 ton. Otak manusia dapat bekerja dengan kecepatan 200 triliun kalkulasi per detik, sedangkan CRAY supercomputer hanya 400 juta kalkulasi per detik.

Sekaranglah saatnya untuk menerobos benteng pembodohan yang membuat potensi kita terkungkung. Jangan lagi kita membiarkan kreatifitas dan imajinasi serta cita-cita kita terpenjara. Kalau mulai saat ini sobat muda berani memutuskan untuk mendobrak belenggu-belenggu, maka bersiaplah untuk menjadi manusia penembus batas. Yaitu manusia yang selalu ingin mengetahui batasan maksimumnya dan selalu yakin bahwa ia terlahir untuk menjadi hamba yang terbaik bagi Sang Khalik.


Source : Ngapain Nunggu Tua Kalau Mau Kaya (hikmah : 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar